TTS, MataTimorpos.com || Diduga dua Oknum Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) Guru di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) kembali diduga berulah. Kali ini, Kedua oknum tersebut bersama dua rekannya dilaporkan atas dugaan tindak pidana pengeroyokan terhadap tiga pelajar di bawah umur.
Peristiwa memilukan ini terjadi pada Kamis, 6 November 2025, di Desa Teas, Kecamatan Noebeba, Kabupaten TTS. Kasus tersebut kini telah resmi ditangani Kepolisian Resor TTS setelah laporan polisi diterima dengan Nomor: LP/476/X/2025/SPKT/POLRES TIMOR TENGAH SELATAN/POLDA NTT, tertanggal 7 November 2025 sekitar pukul 18.52 WITA.
Empat Terlapor, Dua Diantaranya Oknum PPPK Guru Aktif Dalam laporan tersebut disebutkan bahwa para terlapor masing-masing adalah: Arnolus Nenobais, Alfa Tino, Imen Neolaka, Onis Siforus Betty.
Dua di antara mereka diketahui merupakan oknum PPPK guru aktif. Kejadian ini pun kembali mencoreng citra tenaga pendidik di Kabupaten TTS, setelah beberapa kasus sebelumnya turut menyeret sejumlah oknum PPPK.
Berdasarkan keterangan dalam laporan polisi, kejadian berawal saat ketiga korban yang masih berstatus pelajar dalam perjalanan menuju kolam renang. Mereka berhenti sejenak di pekarangan rumah warga di Desa Teas untuk beristirahat.
Tanpa diduga, para terlapor datang dan langsung meneriaki korban dengan kata-kata kasar, “Woe pencuri!”.
Teriakan keras itu membuat warga sekitar keluar rumah untuk melihat apa yang sedang terjadi.
Belum sempat korban menjelaskan apa pun, para terlapor diduga langsung mengeroyok mereka. Dengan menggunakan kepalan tangan, para terlapor memukul wajah serta tubuh korban secara berulang kali hingga menyebabkan luka-luka dan trauma mendalam.
Ayah Korban Ungkap Kekesalan: “Anak Saya Trauma, Dua Minggu Su Tidak Masuk Sekolah.
Ham Pa’i, ayah kandung salah satu korban pengeroyokan mengungkapkan kekecewaan dan kemarahannya ketika ditemui Wartawan usai memberikan keterangan di Mapolres TTS. Ia mengatakan bahwa salah satu terlapor yang merupakan oknum PPPK sebelumnya sudah pernah memukul anaknya di sekolah.
“Dia su habis pukul saya punya anak di sekolah, dan saat pulang dari sekolah dia masih gas-gas motor di kami punya depan rumah dan omong bilang ‘mau lapor di mana lapor, mau tepa saya juga tepa saja’.” ujar Ham Pa’i, Rabu (19/11/2025).
Menurutnya, kondisi anak semakin memburuk setelah dikeroyok.
“Sejak saya punya anak dikeroyok, tiap malam dia tidak bisa tidur. Dia keluhkan perut sakit, pusing-pusing, dan selalu mimisan,” ungkapnya dengan wajah sedih.
Ham Pa’i menambahkan bahwa masa depan anaknya kini terancam.
“Dia mau ikut tes tentara tahun depan, tapi kesehatannya su terganggu begini. Dia juga su tidak masuk sekolah hampir dua minggu. Dia sekolah di SMA Kristen 1 Soe,” tuturnya dengan nada kecewa.















