YNS Siap Sekolahkan Dua Anak Tanpa Identitas dari Pelosok Ayotupas

matatimorpos.com – TTS – Kisah mengharukan dua anak tanpa identitas dari pelosok Ayotupas, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), menggugah hati banyak warganet setelah diberitakan malam ini. Di tengah derasnya komentar empati dari publik, muncul secercah harapan dari tanah rantau: seorang perempuan muda asal TTS, Yusinta Ningsih Nenobahan yang akrab disapa YNS menyatakan kesiapannya untuk membantu masa depan Adhi Saputra Bien (15) dan adiknya, Oliva Bien (11).

Melalui keterangannya kepada wartawan, Rabu (11/6/2025), YNS mengungkapkan keprihatinan mendalam usai membaca berita tentang dua anak tersebut.

“Ini sempat menggugah hati saya ketika membaca berita tersebut. Saya ingin bertemu dengan orangtua mereka. Kebetulan, pertengahan bulan ini saya akan berada di Timor Tengah Selatan,” ujar Direktur Utama Yayasan YNS itu.

YNS bahkan menyampaikan harapannya untuk merawat dan menyekolahkan Adhi dan Oliva.

“Semoga bapaknya bersedia dan mengizinkan anak-anaknya ikut bersama saya. Saya dan suami memang sudah lama ingin membantu anak-anak dari NTT untuk bisa tinggal dan kami sekolahkan,” ucapnya.

Tak hanya menyatakan niat baik, YNS juga menyampaikan pesan mendalam bagi masyarakat.

“Apapun permasalahan yang menimpa dirimu, teruslah berbuat baik, teruslah di jalanmu. Karena jika suatu saat kamu tidak menemukan orang baik, kamu akan ditemukan oleh orang baik,” tuturnya.

Ia menambahkan seruan moral kepada masyarakat TTS dan NTT secara umum.

Baca Juga  Lais Manekat, Lagu Kasih yang Membuat YNS Hadir di GBKN

“Sudah saatnya kita semua membuka mata hati untuk lebih berdedikasi kepada anak-anak NTT, karena masih banyak yang belum tersentuh.”

diberitakan sebelumnya , dari sebuah desa terpencil di Ayotupas, Kecamatan Amanatun Utara, dua anak bernama Adhi dan Oliva berjuang mempertahankan hak dasarnya sebagai manusia: hak untuk diakui dan mengenyam pendidikan.

Sejak tahun 2020, hidup mereka berubah drastis setelah sang ibu, Gresinta Zakarias, pergi tanpa kabar. Kepergian itu menyisakan luka dan tanggung jawab besar yang harus dipikul sang ayah, Oktovianus Bien, yang kini harus mengurus anak-anaknya seorang diri dalam kondisi serba terbatas.

Yang lebih menyakitkan, Adhi dan Oliva tidak memiliki dokumen kependudukan tidak ada akta lahir, tidak ada Kartu Keluarga. Tanpa dokumen itu, mereka sulit mengakses pendidikan secara normal, termasuk mendaftar sekolah dan mengurus ijazah.

Meski begitu, keduanya tetap semangat menempuh pendidikan. Adhi, yang kini berusia 15 tahun, bukan hanya seorang siswa, tetapi juga menjadi kepala keluarga kecil itu memasak, menjaga adik, hingga mencari cara untuk tetap bertahan. Oliva, sang adik, membantu pekerjaan rumah dan kadang bekerja kecil-kecilan di pasar demi membeli alat tulis dan kebutuhan sekolah.

Baca Juga  Sukses 100 Persen Posting APBDesa 2025, Komisi I DPRD TTS Apresiasi Semua Pihak

Namun harapan mereka tak sejalan dengan kenyataan hukum. Untuk mendapatkan akta lahir dan memperbaiki nama, mereka harus menjalani proses persidangan di Pengadilan Negeri Atambua karena orangtua mereka belum menikah secara resmi. Prosedur yang rumit dan berbiaya menjadi tembok penghalang bagi mereka yang hanya ingin bersekolah.

“Cukup tamat SMA. Tapi kalau dokumen kami tidak lengkap, kami tidak tahu harus bagaimana,” ucap Adhi lirih.

Kisah Adhi dan Oliva adalah potret buram realitas banyak anak di pelosok Indonesia terpinggirkan oleh sistem yang kaku, dan luput dari perhatian negara. Mereka tidak mencari keadilan di ruang sidang, mereka mencari masa depan di ruang kelas.

Kini, di tengah keputusasaan itu, hadir sosok YNS yang menawarkan uluran tangan. Sebuah harapan baru yang datang bukan dari sistem, melainkan dari nurani.

 

No More Posts Available.

No more pages to load.